Sebenarnya batas yang tegas antara tahap-tahap perkembangan anak dan remaja itu tidak terlalu tajam. Masa remaja terakhir dapat dikatakan bahwa anak pada waktu itu dari segi jasmani dan kecerdasan telah mendekati kesempurnaan. Yang berarti bahwa tubuh dengan seluruh anggotanya telah dapat berfungsi dengan baik; kecerdasan telah dapat dianggap selesai pertumbuhannya, tinggal pengembangan dan penggunaannya saja lagi yang perlu diperhatikan.
Disamping
itu semua, remaja sedang berusaha untuk mencapai peningkatan dan kesempurnaan
pribadinya, maka mereka juga ingin mengembangkan agama, mengikuti perkembangan
dan alur jiwanya yang sedang bertumbuh pesat itu.
Caranya menerima dan menanggapi pendidikan agama jauh berbeda dengan masa-masa
sebelumnya, mereka ingin agar agama menyelesaikan kegoncangan dan
kepincangan-kepincangan yang terjadi dalam masyarakat.
Diantara sebab kegoncangan perasaan, yang sering terjadi pada masa remaja yg terakhir itu adalah tampaknya perbedaan antara nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh agama dengan kelakuan orang dalam masyarakat. Terutama yang sangat menggelisahkan remaja, apabila pertentangan itu terlihat pada orang tua, guru-gurunya di sekolah, pemimpin pemimpin dan tokoh-tokoh agama. Semakin besar perbedaan antara nilai-nilai agama dan kelakuan orang-orang yang dihargai dan dihormati, akan semakin goncang jiwa remaja, sasaran utama dari kekecewaannya akan ditunjukkan kepada tokoh-tokoh agama, karena mereka mengharapkan tokoh agama yang harus menjaga dan memperbaiki akhlak masyarakat.
Di samping itu, kegoncangan jiwa mereka akibat dorongan seks yang semakin terasa yang kadang-kadang timbul keinginan untuk mengikuti arus dorongan tersebut, akan tetapi mereka takut melaksanakannya karena tidak berani melanggar ketentuan agama. Tapi dilain pihak mereka melihat, banyak orang-orang yang berani melanggarnya. Jika mereka kurang mendapat pendidikan agama yang serasi dan baik dahulu, atau sekarang, maka kegoncangan mereka akan semakin bertambah, mereka terombang-ambing antara keinginan untuk mengikuti dorongan itu dan dilain pihak mereka takut melanggar ajaran agama dan masih banyak lagi faktor yang menggoncangkan jiwa remaja.
Perlu pula diingat bahwa perhatian remaja terhadap masyarakat besar, nasib rakyat banyak menjadi pikiran mereka, hari depan bangsa menjadi masalah dalam dirinya. Dan tidak kurang pentingnya kedudukan mereka dalam masyarakat itu. Mereka ingin mendapat tempat dalam masyarakat, ingin menonjol, ingin diikut-sertakan dalam berbagai kegiatan masyarakat. Oleh karena itu guru-guru agama, hendaknya dapat pula memberi jalan bagi mereka untuk dapat ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, terutama yang berhubungan dengan agama. Pendidikan agama akan dapat dilaksanakan dengan berhasil dan berdaya guna, apabila guru agama mengetahui perkembangan jiwa yang dilalui oleh anak dan remaja dan pendidikan agama harus memperhatikan ciri dari masing-masing kepribadian beragama pada masing-masing anak.
Alfiani Fatimah Zahro/Ilmu Tassawuf/2
0 Comments
Yuk kita diskusi di sini...