Mental Building, Apakah Penting?

 

Sumber: http://masterpiecetc.blogspot.com/

Memasuki usia quarter life crisis memang tidaklah mudah, seringkali kita dijatuhkan oleh persepsi kita sendiri yang selalu memandang lemah kemampuan yang dimiliki, oleh tekanan dari keluarga yang sering kali menuntut kita untuk mencapai keinginannya, oleh kehebatan yang dicapai anak tetangga sehingga kita dipandang sebelah mata, oleh standar ukuran pandangan manusia, dan oleh banyak sebab lainnya. tidak jarang kita mendapati diri kita mood swing (perubahan suasana hati) secara tiba-tiba, merasa no life (tidak hidup), cemas tanpa ada sebab pastinya, gangguan depresi mayor, bahkan pada beberapa kasus terparah mencapai gangguan bipolar (gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati mulai dari posisi terendah ke posisi tertinggi). 

Mental illness sering kali berasal dari rasa pura-pura kuat, enggan merasakan kesedihan, dan tidak siap menerima kegagalan. Padahal rasa sedih juga sama pentingnya dengan rasa bahagia, karena terlihat baik-baik saja itu bukan sepenuhnya solusi terbaik saat kita bingung harus berbuat apa. Dan terkadang kegagalan merupakan sesuatu yang terbaik yang harus kamu terima saat itu, dari kegagalan kita akan memahami bahwa kehidupan ini tidak mudah dan butuh untuk diperjuangkan. Namun tidak semua orang mudah dalam melalui fase-fase tersulit dalam hidupnya, oleh karena itu, dibutuhkan persiapan mental yang baik dengan cara mental building atau bisa juga disebut dengan pembangunan mental.

 Pembangunan mental ini bertujuan agar kita dapat mengendalikan emosi, sehingga sedini mungkin kita memiliki persiapan dalam menghadapi fase-fase tersulit dalam hidup, untuk kemudian hal-hal terburuk dari mental illness ini akan minim menimpa kita. Pembangunan mental tidak serta merta dapat dijalankan. Menurut Ary Ginanjar dalam bukunya “Rahasia Sukses Membangun ESQ” pembangunan mental terbagi dalam enam pinsip yang didasarkan atas Rukun Iman, yakni prinsip bintang sebagai pegangan hidup, prinsip malaikat sehingga kita selalu dipercaya oleh orang lain, prinsip kepemimpinan yang akan membimbing kita menjadi pemimpin yang berpengaruh, prinsip pembelajaran untuk mendorong kita pada sebuah kemajuan, prinsip masa depan agar kita selalu memiliki visi dalam hidup dan prinsip keteraturan agar tercipta sistem mental dalam kesatuan tauhid.

Dari keenam prinsip yang disusun oleh Ary Ginanjar, diketahui bahwa pembangunan mental tidak hanya dapat diraih dengan memahami diri kita, namun juga dengan memahami hakikat keimanan dalam hidup, saat kita memahami hakikat dari keimanan, maka pada saat itu pula kita dapat membangun rasa aman, rasa kepercayaan diri, integritas yang kuat, kebijaksanaan, motivasi hidup yang tinggi, loyalitas, komitmen, rasa saling percaya, rasa tolong menolong, kepribadian yang kuat dan konsisten, rasa berpikir kritis dan mendalam, pengendalian diri dan social, ketenangan batin, orientasi tujuan dalam hidup, dan pemahaman arti proses kehidupan.

Pembangunan mental mengarahkan kita agar memiliki pegangan atau prinsip hidup yang kokoh dan jelas, sehingga saat kita memiliki prinsip hidup yang kuat, kita akan mampu mengambil suatu keputusan yang tepat dan bijaksana, bagaimanapun perubahan kondisi lingkungan yang terjadi. Jadi, penting atau tidaknya pembangunan mental, itu kembali lagi pada kalian yang menjalani kehidupan, sudah sanggupkan menyiapkan diri menghadapi fase-fase tersulit dalam hidup?


 

 

 

 

Shinta Dewi/Pendidikan Fisika/4 

Agustian, Ary Ginanjar. 2008. Rahasia Sukses Membangun ESQ. Jakarta: Arga Wijaya Persada

Post a Comment

0 Comments