Dewangga Oky Bagus Apriandanu |
Setelah sukses menghadirkan ketua
FReSH, Muhammad Rizki Abdullah Dalimunthe pada BeTa 1. Kini BeTa 2 menghadirkan
sosok scientist muda sekaligus wakil presiden MITI KM 2016, Dewangga Oky
Bagus Apriandanu. Pria yang concern pada ilmu kimia ini telah berhasil
berbagi ilmu dengan para peserta Training Riset FReSH mengenai esai dan artikel.
“Esai merupakan karangan yang
membahas tentang sebuah masalah secara sepintas dari sudut pandang pribadi
penulisnya sedangkan artikel merujuk pada semua karya tulis bersifat faktual
(sebenarnya) dan berisi ide atau pendapat seseorang tentang masalah tertentu
yang ditujukan untuk memberikan
informasi baik mendidik, meyakinkan, memberitahu, mempengaruhi, maupun
menghibur dengan cara mempublikasikannya” ujar Dewangga (12/6).
Adapun titik poin perbedaan
antara artikel dan esai yang dijelaskan pria pemenang nasional Kompetisi
Inovasi Agroteknologi (KIA) IPB tahun 2011 ini adalah Esai lebih mengutamakan
faktor analisis secara individual (opini). Sementara artikel lebih mengutamakan
analisis dengan bantuan teori atau disiplin ilmu tertentu dari beberapa
referensi. Esai bermanfaat untuk melakukan refleksi dan perenungan. Sementara
Artikel lebih berfungsi untuk mengajak pembaca memahami suatu pokok persoalan.
Artikel dan esai sebenarnya bukan
sesuatu yang asing di kalangan para akademisi terlebih bagi penggemar membaca. Banyak
sekali contoh-contoh artikel dan esai yang sering kita temui seperti kolom
opini pada media massa cetak yang termasuk dalam kategori esai. Esai kerap
menjadi salah satu persyaratan dalam mengajukan beasiswa. Sementara contoh
artikel seperti skripsi, tesis, dan disertasi. Contoh artikel yang masuk dalam
kategori artikel ilmiah ini merupakan kewajiban yang akan dipenuhi bagi
mahasiswa yang akan mengakhiri masa studinya di Perguruan Tinggi. Penyusunan
yang sistematis dan terstruktur serta diakhiri dengan kesimpulan menjadi ciri
khas tersendiri dalam suatu artikel. Selain itu, artikel tidak boleh tanpa nama
(anonim) dan harus bereferensi dengan menuliskan sumbernya.
Menjadi seorang penulis yang
handal membutuhkan keuletan untuk mengasahnya. “Sebenarnya tidak menjadi
masalah apa yang ditulis, tapi yang penting adalah menulislah dari sekarang,
apapun itu hanya saja dalam batasan-batasan yang jelas. Mungkin pertanyaan ini
bisa membantu, "Tahukah apa yang sedang kita tulis?" itulah saran
pria yang tercatat sebagai mahasiswa master Universitas Indonesia jurusan Kimia
Inorganik.
Diskusi yang berdurasi kurang
lebih satu setengah jam diakhiri dengan closing statement yang sangat
menggugah para peserta. “Kekayaan pengalaman, luasnya bacaan dan variasi
pergaulan, karakter dasar serta pendidikan formal belum merupakan jaminan untuk
menjadi seorang penggores pena yang handal. Namun, kekuatan karakter menulis
tak lepas dari kekayaan pengalaman hidup, bacaan yang luas dan lingkungan
pergaulan yang beragam. Meskipun faktor genetik, juga ikut pula mempengaruhi
kekuatan karakter individu seseorang” ujar pria yang menyelesaikan strata satunya
di Universitas Negeri Semarang.
0 Comments
Yuk kita diskusi di sini...