Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan sejak duduk di Sekolah Dasar. Menurut Betrand Russell, Matematika jika dilihat dengan seksama, tidak hanya mengandung kebenaran akan tetapi juga keindahan yang dingin dan sederhana, seperti keindahan seni pahat, tanpa memancing reaksi dari manusia yang lemah, tanpa jeratan yang memukau seperti lukisan atau musik namun demikian murni, dan mampu memperlihatkan kesempurnaannya yang tinggi seperti juga karya-karya seni yang agung.
Kendatinya begitu, sampai saat ini matematika masih terkenal sebagai mata pelajaran yang susah, rumit, dan prosesnya yang panjang. Tentu tak berlebihan jika kemampuan matematika siswa Indonesia sangat rendah. Hal ini jelas terlihat dalam hasil Programme for International Student Assesment (PISA) yang berdiri pada tahun 2000. Indonesia sendiri telah mengikuti ajang ini sejak awal PISA diadakan, namun sayangnya posisi Indonesia tak kunjung mengalami peningkatan.
PISA 2006 Indonesia berada pada posisi ke-50 dari 57 Negara, PISA 2009 peringkat 61 dari 65 Negara, PISA 2015 peringkat 62 dari 70 Negara, adapun yang masih hangat diperbincangkan yakni PISA 2018 Indonesia berada pada perigkat ke-6 dari bawah. Hal ini Sejalan dengan hasil Trends in International Matematics and Science Study (TIMMS) yang mana Indonesia berada di posisi 36 dari 48 Negara.
Sungguh tampak jelas bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia sangatlah rendah. Pembelajaran matematika diharapkan mampu membuat siswa memandang serta menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang berguna dan dapat dipahami. Menurut Zainuri “ waktu yang dihabiskan peserta didik Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih” hal ini dapat dibuktikan dengan jam pembelajaran matemtika Indonesia yang lebih lama jika dibandingkan Negara Malaysia dan Singapura, akan tetapi hasil menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia berada dibawah Malaysia dan Singapura
Telah banyak metode, model pembelajaran dan kemampuan yang dikembangkan oleh para ahli guna meningkatkan kemampuan matematika anak Indonesia, salah satunya Kemampuan disposisi matematis. Kemampuan disposisi matematis sendiri dapat diartikan sebagai cara pandang dan sikap positif yang terdapat pada siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang dihadapinya. Rendahnya kemampuan matematika siswa Indonesia secara tak langsung mencerminkan keadaan disposisi matematis siswa Indonesia saat ini.
Adapun kemampuan indikator kemampuan disposisi matematis menurut NCTM mencakup :
- Kepercayaan diri dalam mennyelesaikan masalah matematika, mengkomunikasikan ide-ide dan memberi alasan.
- Fleksibilitas dalam mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencoba berbagai metode alternatif untuk memecahkan masalah.
- Bertekad kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika.
- Ketertarikan, keingintahuan dan kemampuan untuk menemukan dalam mengajarkan matematika.
- Kecenderungan untuk memonitor dan merefleksi proses berpikir dan kinerja diri sendiri.
- Menilai aplikasi matematika dalam bidang lain dan dalam kehidupan sehari-hari.
- Penghargaan peran matematika dalam budaya dan nilainya, baik matematika sebagai alat, maupun matematika sebagai bahasa.
Diharapkan bacaan ini dapat bermanfaat bagi teman-teman, inti dari hal yang ingin penulis sampaikan, yakni Pendidikan Indonesia masih jauh dibawah rata-rata, sudah seyogyanya bagi kita sebagai calon pendidik tak hanya memberikan anak rumus-rumus secara mentah, tapi berusahalah agar pembelajaran dapat berlangsung secara bermakna.
(Nurhidayati Lutfiralda/PMTK/2017)
0 Comments
Yuk kita diskusi di sini...